Sore itu Fajar, peneliti laut yang kesehariannya bergulat dengan data arus dan peta batimetri, pulang lebih awal. Ia mengisi jeda dengan membuka gim bertema permen yang akrab di telinga rekan kantornya. Tiba‑tiba, rangkaian simbol pemicu datang beruntun dan layar ponsel menyisakan satu angka besar.
Gim yang ia mainkan adalah Sweet Bonanza. Bukan sesi panjang; beberapa menit terasa padat, dan saldo di layar menutup sore dengan Rp456 juta. Fajar duduk diam cukup lama, mencoba menenangkan kepala yang masih berisik oleh adrenalin singkat.
Fajar mengingat jalannya sesi sebagai "lurus dan cepat"-tanpa banyak jeda, fase khusus berkali‑kali muncul dalam rentang yang rapat. Sweet Bonanza merangkai simbol‑simbol bernilai dan memicu giliran tambahan yang membuat perhitungan bergerak jauh lebih agresif daripada sesi biasanya. Ia menahan diri untuk tidak mengejar lebih lama, memilih berhenti ketika angka besar muncul.
Di luar layar, ia merapikan catatan kecil di meja kerja rumahnya. Ada tulisan tangan: waktu mulai, jumlah giliran, dan kapan fase khusus muncul. Catatan itu bukan rencana, melainkan kebiasaan ilmiahnya untuk menyimpan kronologi peristiwa-cara sederhana untuk menurunkan euforia ke bentuk data.
Keseharian Fajar di laboratorium mengajarkannya bahwa alam punya ritme dan anomali. Ia terbiasa melihat grafik yang tenang berubah mendadak ketika angin menguat atau arus menyimpang. Pengalaman itu membuatnya tidak cepat meromantisasi keberuntungan yang baru saja terjadi; sesaat menyenangkan, tetapi bukan sesuatu yang bisa ia panggil ulang sesuka hati.
Ia menyebut peristiwa sore itu sebagai "anomali yang kebetulan berpihak". Ia memilih menyimpan sebagian besar dana untuk keperluan rumah, menyisihkan porsi kecil sebagai dana darurat. Narasi ini bukan glorifikasi, melainkan cara Fajar menata jarak antara euforia dan keseharian.
Di banyak gim bertema hadiah bertingkat, fase khusus dapat hadir beruntun dan menambah giliran tanpa biaya tambahan. Ketika itu terjadi, nilai akhir bisa melonjak karena akumulasi perhitungan dalam waktu singkat. Inilah yang Fajar rasakan-sebuah rangkaian yang terasa "menggulung" sampai berhenti di angka besar.
Namun rangkaian semacam itu tidak muncul setiap saat. Varians tinggi berarti mayoritas sesi berjalan biasa‑biasa saja, lalu sesekali terjadi lonjakan. Fajar paham pola statistik dasar tersebut dari pekerjaannya membaca data anomali; ia menekankan pada rekannya bahwa Sweet Bonanza tidak menawarkan ulang peristiwa yang sama hanya karena "barusan berhasil".
Peristiwa Rp456 juta itu justru membuat Fajar menata ulang kebiasaan layar. Ia membatasi durasi, menetapkan batas nilai, dan berhenti ketika tujuan awal tercapai. Ia juga menghindari narasi "balas dendam" ketika sesi berjalan tidak sesuai harapan; keputusan yang lahir dari jam‑jam panjang memeriksa data laut yang sering tidak patuh pada ekspektasi manusia.
Di kantor, rekan‑rekannya penasaran, tetapi Fajar tidak menjadikannya bahan kampanye. Ia menyebut Sweet Bonanza sebagai hiburan singkat yang kebetulan menghadirkan momen besar, bukan cara baru mencari pemasukan. Sikap itu membuat percakapan di pantry tetap ringan dan tidak melebar ke tuntunan yang berlebihan.
Kisah ini mengajarkan satu hal: momen bisa datang cepat, tetapi kendali tetap ada di keputusan berhenti pada waktu yang tepat. Sweet Bonanza menghadirkan lonjakan yang membuat Fajar terkejut, namun ia memilih menutup sesi, menyimpan dana, dan kembali ke ritme hidup yang stabil. Nilai terbesar dari cerita ini bukan pada angka Rp456 juta, melainkan pada jarak yang ia jaga antara euforia sesaat dan keputusan yang lebih jernih.